Oleh: Faqihuddin Abdul Kodir

 

Dalam pembahasan ‘aqidah, sebagai basis awal seluruh ajaran keislaman, sulit ditemukan pernyataan teks apapun yang membedakan posisi laki-laki dari perempuan. Ketika wahyu Allah swt. turun pertama kali di Gua Hira, sama sekali tidak dinyatakan ‘hanya untuk laki-laki’ atau ‘tidak untuk perempuan’. Seluruh pernyataan Allah swt., atau biasa dikenal dengan istilah khithâbullâh, diperuntukkan bagi seluruh hamba-Nya, tanpa membedakan laki-laki dan perempuan. Sekalipun secara redaksi bahasa, lebih banyak digunakan kata ganti laki-laki. Bahasa Arab memang membedakan secara seksis seluruh tata gramatika yang ada. Baik bentuk kata kerja, kata benda, kata sifat, ataupun kata panggilan, termasuk susunan kalimat sebagai himpunan dari kata-kata. Tetapi dalam kaidah ushul fiqh maupun kaidah bahasa, redaksi laki-laki digunakan untuk mencakup kedua jenis kelamin (al-ashlu fi al-khithâb ya‘ummu adzakara wa al-untsâ), kecuali jika dinyatakan secara khusus untuk jenis kelamin tertentu (illâ in dallat al-qarinatu ‘alâ khushûsihi).

Perintah bertauhid, misalnya, sekalipun menggunakan redaksi laki-laki (khithâb al-dzukûr), tetapi mencakup kedua jenis kelamin (ya‘ummu al-dzukûr wa al-inâts). Karena redaksi laki-laki yang digunakan merupakan refleksi dari budaya dan tradisi yang ada. Sama juga dengan perintah untuk menjadi khalifah yang memakmurkan bumi dan menjadi saksi kemanusiaan (syuhadâ ‘alâ al-nâs), yang juga menggunakan redaksi laki-laki. Padahal keduanya merupakan perintah untuk manusia, laki-laki dan perempuan. Untuk ajaran tauhid misalnya, yang secara vertikal berarti ketundukan kepada Tuhan yang hanya satu (ilâhun wâhid), dan secara horizontal berarti kesederajatan seluruh manusia dengan tanpa penghambaan di antara mereka dan tanpa diskriminasi. Setiap ada perilaku diskriminasi dan yang merendahkan kemanusiaan, Nabi saw. selalu menyatakan kepada pelaku tersebut, “Kamu adalah orang yang masih terpengaruh budaya kebodohan” (Innaka rajulun fîka jahiliyyah). Begitu juga makna khalifah dan saksi kemanusiaan, sebagai turunan dari ajaran tauhid.

 

Mencari Ilmu  sebagai Ekspresi Bertauhid

Mencari ilmu untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman, serta menyebarkannya adalah turunan dari ajaran ketauhidan, kekhalifahan, dan sebagai bentuk kesaksian untuk kemanusiaan. Laki-laki dan perempuan, keduanya dituntut meningkatkan pengetahuan dan mempertanggungjawabkan bagi kepentingan keumatan. Tugas ini dalam bahasa lain disebut sebagai amar ma‘ruf nahy munkar, yang dalam surat al-Taubah ayat 71 ditegaskan sebagai tugas bersama, laki-laki dan perempuan. Satu sama lain saling menolong dalam membumikan kebaikan, pengetahuan dan kemakmuran kemanusiaan. Firman Allah swt:

Orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Bijaksana”. (QS. Al-Taubah, 9: 71).

Tugas amar ma‘ruf dan nahy munkar, yang menjadi tanggung jawab bersama, laki-laki dan perempuan, menuntut kemampuan pengetahuan yang memadai dan pengalaman yang cukup. Pencapaian pengetahuan inilah yang kemudian menjadi pintu masuk ‘keulamaan’ laki-laki maupuan perempuan. Seorang pakar hadis, al-Hafiz ibn al-Jawzi (w. 597 H) dalam kitabnya Ahkâm al-Nisâ’, menegaskan pentingnya pengajaran untuk perempuan. Sekalipun di dalam kitab ini, dia mengumpulkan berbagai teks-teks hadis yang sepertinya membelenggu perempuan, tetapi dia tetap mengatakan:

Bab ketiga: Kewajiban perempuan untuk menuntut ilmu. Perempuan, sama seperti laki-laki, diharuskan menuntut ilmu mengenai hal-hal yang menjadi kewajiban dirinya dalam kehidupan, agar ia bisa melaksanakan dengan penuh keyakinan.. (Ibn al-Jawzi, Ahkâm al-Nisâ, 11).

Di akhir bab dari kitab ini, yaitu bab yang ke-110, Ibn al-Jawzi menuturkan 66 nama perempuan yang dinilai memiliki keagungan dan kemuliaan. Baik karena keilmuan yang dimiliki, pengajaran yang dilakukan, atau sikap agama dan ibadah yang dilaksanakan. Sejak masa Nabi Muhammad saw., para perempuan diberi kesempatan dan didorong untuk memperoleh pengetahuan yang menjadi kewajiban dan merupakan persoalan dirinya. Sayyidah ‘Aisyah ra., dalam suatu teks hadis, memuji perilaku beberapa perempuan Anshar Madinah yang memiliki semangat tinggi untuk datang ke rumah Nabi saw. untuk memperoleh ilmu pengetahuan. “Sebaik-baik perempuan adalah mereka yang dari Anshar, karena mereka tidak pernah malu untuk belajar memperdalam agama”. (Riwayat Bukhari, lihat: Ibn al-Atsir, Jâmi‘ al-Ushûl, juz 8, h. 196, no. hadis: 5352). Beberapa teks hadis yang lain, juga menceritakan mengenai tuntutan para perempuan yang meminta waktu khusus untuk belajar dari Nabi Muhammad saw. Di samping mereka juga biasa mendatangi masjid, ikut shalat lima waktu maupun Jum’at dan mendengar khutbah, baik Khutbah Jum‘at maupuan Khutbah Idul Fitri maupun Idul Adha.

Aktivitas ini yang membuat beberapa perempuan sahabat bergerak, sepeninggal Nabi saw., menjadi pengibar panji-panji keilmuan dalam peradaban Islam. Baik Ilmu Alquran, Hadits, Fiqh maupun sastra dan sejarah Bangsa Arab. Al-Hafiz al-Maqdisi (w. 600 H) mencatat dalam kitabnya al-Kamâl fî Asmâ ar-Rijâl, ada 824 nama perempuan di abad pertama, kedua dan ketiga hijriyah, yang memiliki kontribusi pengajaran ilmu-ilmu transmisi hadis (al-riwâyah). Pada masa sahabat yang paling menonjol dalam pengajaran, di antaranya adalah Aisyah bint Abi Bakr ra. yang memiliki 299 murid, Ummu Salamah bint Abi Umayyah ra. dengan 101 murid, Hafsah bint ‘Umar ra. dengan 20 murid, Asma’ bint Abi Bakr ra. dengan 21 murid, Hajimah al-Wassabiyyah ra. dengan 22 murid, Asma’ bint ‘Umais ra. dengan 13 murid, Ramlah bint Abi Sufyan ra. dengan 21 murid dan Fathimah bint Qays ra. dengan 11 murid. (Lihat: al-Habasy, al-Mar’ah bain al-Syari‘ah wa al-Hayah, h. 16).

 

Baca Juga:

Dirasah Hadis 2: Perempuan dan Tradisi Keulamaan

Dirasah Hadis 3: Merekonstruksi Bias Ketidakadilan dalam Teks Keagamaan

 

Similar Posts:

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here